Logo

Bahasa  English     
     

JUGUN IANFU





Troosmeisjes cover

 



Pengantar: Aib tanpa dosauze


Kebisuan Jugun Ianfu tentang masa kelabunya

Jugun ianfu atau ‘wanita penghibur’, panggilan mereka. Namun istilah yang terselubung itu tidak bisa menghilangkan rasa sakit dan aib atas prostitusi paksa pada jaman Jepang. Mereka lebih suka  membisu. Para pelakunya dan pemimpin pemerintah pun diam. Kokohnya ketabuan ini juga dihadapi Hilde Janssen ketika enam puluh tahun kemudian mencari korban di Indonesia. 

Tentara Jepang menganggap mengatur tersedianya seks pada bordil militer sebagai tindakan pragmatis demi tercegahnya penularan penyakit-penyakit kelamin dan pemerkosaan secara luas. Para perempuan yang diwawancarai menyampaikan cerita yang berbeda-beda. Mereka secara paksa atau dengan janji palsu dijemput dari rumah, diculik dari jalan, atau dipanggil melalui kepala desa. Kemudian secara sistematis mereka diperkosa di bordil militer, dan juga di tangsi, gudang pabrik, gerbong kereta api atau kamp tenda. Kisah perempuan yang kini sudah tua adalah kisah dan portret yang sangat mengharukan. Untuk mereka perang itu tidak berkesudahan.

Wartawati Hilde Janssen dan fotografer Jan Banning mengunjungi tidak kurang dari lima puluh perempuan Indonesia yang menjadi korban prostitusi paksa pada zaman Jepang. Pertemuan demi pertemuan tersebut menhasilkan beberapa karya, yaitu: 

1/ Buku dalam bahasa Belanda "Schaamte en onschuld. Het verdrongen oorlogsverleden van troostmeisjes in Indonesië". (Aib tanpa dosa. Kebisuan Jugun Ianfu di Indonesia tentang masa perang kelabunya) diterbitkan oleh Nieuw Amsterdam, ISBN 9789046807132.

2/ Buku foto berbahasa Belanda & Inggris, "Comfort Women/Troostmeisjes" (Jugun Ianfu) oleh Jan Banning. Diterbitkan oleh Ipso Facto Utrecht + Seltmann Söhne Lüdenscheid (Jerman), ISBN 9789077386071.

3/Pameran Foto ‘Troostmeisjes’ (Jugun Ianfu) pertunjukan pertama kali di Belanda di Kunsthal di Rotterdam pada bulan April 2010 dan di Indonesia di Erasmushuis di Jakarta pada bulan Agustus 2010.

4/ Film dokumenter ‘Omdat wij mooi waren’ (Sebab kami cantik) yang diproduksi oleh Van Osch Filmproducties, tentang perjalanan Hilde Janssen dan Jan Banning yang sedang mencari mantan Jugun Ianfu di berbagai pulau di Indonesia.  Film ini telah disiarkan di televisi Belanda oleh NOS pada 15 Agustus 2010.


Emah

‘Seluruh badanku rusak, disiksa terus. Badanku tak lupa, tak bisa dilupakan. Hatiku tak bisa hilang sakitnya.’
Icih (83)
Emah

‘Saya pengen wajah saya jelek, sebab yang jelek Jepang nggak mau dan cepat disuruh pulang. Saya harus tinggal.’
Emah (83)
Emah

‘Saya harus bagaimana lagi? Saya masih gadis, baru 14 tahun. Saya hanya cari keselamatan. Tapi saya tetap merasa kotor dan sangat malu.’
Paini (79)


top